Semi
5 min readApr 18, 2024

Ricky opened his apartement door to see Gyuvin, droopy big brown eyes looking at him with so much adoration. However, the smell of alcohol hit his nose almost immediately.

Gyuvin.. you smell like alcohol..” Ucap Ricky, mencoba menutup hidungnya.

Gyuvin tidak menjawab apapun, namun langsung menarik tubuh Ricky dan memeluknya. Lengannya melingkar di antara pinggang kecilnya, dan wajahnya di antara ceruk leher Ricky.

“Gyuvin — “ The taller boy ignores what Ricky said, lips, nose into Ricky’s neck. Wangi, Ricky selalu wangi. Dan wanginya selalu sama, memabukkan. “I missed you so much.Gyuvin breathes, Ricky menahan nafasnya karena hangatnya udara dari Gyuvin di lehernya terasa geli dan membuatnya merinding.

“G-Gyuvin, it’s getting colder. Let’s go inside.” Ricky menarik dekapan Gyuvin sekuat tenaga, menarik tubuh besar sempoyongan itu ke dalam, lalu menutup pintu apartemennya.

Awalnya ia terdiam sementara, bersandar pada pintu, melihat Gyuvin yang juga menatapnya dengan mata sayu, rambut berantakan, dan pipi yang merah. Ricky comes into his full sense, walking pass drunk Gyuvin into the kitchen.

I’ll get you some water, you must be tired, just sleep on my bed.” Ucap Ricky, mengambil gelas dari raknya.

“Ricky..”

Ricky menoleh, menemukan Gyuvin dengan mata berkaca-kaca yang kini ada di belakangnya. “Can you please kiss me?” He says, with those damn hoarse voice that makes Ricky shivers when he hears it.

Ricky tidak menjawabnya, berjalan menuju dispenser untuk mengisi gelas tersebut, dengan Gyuvin yang masih mengikutinya. “Minum.” Ricky menyodorkan gelas itu, tapi tidak di gubris oleh sang lawan bicara.

Instead, a tear start falling down on Gyuvin’s cheek. “I could hug you that one time, so why won’t you kiss me, Ricky?” The blonde haired take one step backwards, the brunette followed. “You said we were just friends.” Another tear fell.

Detak jantung Ricky semakin kencang, entah alasannya mengapa. Ia menaruh gelas tersebut di meja, kembali berjalan mundur, meski akan selalu dikejar oleh yang lebih tinggi.

“But Anton’s also your friend, Ricky. But he didn’t hug you till you fell asleep.”

“Listen, Vin. I’m sorry — “

If we were just friends, then why are you keep running on my mind since that first time we met, when I saw you kissing with Jay?”

Tumit Ricky bertemu pada ujung sofa yang ada di pojok living room. He has nowhere to go.

Be honest with me, Ricky.” Gyuvin kembali meraih pinggang ramping Ricky, ia tidak menolak. “Do you wish we are just friends?”

Ricky couldn’t help but shook his head slowly, in a disagreement. Ricky wish he and Gyuvin are more than friends.

“Cium aku.”

Nafas Ricky semakin tercekat, air mata terus bercucuran dari kedua mata Gyuvin.

“Kiss me then, Ricky. Just like how you kiss Jay that one time.”

“Gyuvin — “ Ricky tahu ini salah, semuanya salah. Dari dia yang menerima keinginan Gyuvin yang mabuk untuk datang ke apartemennya, hingga dorongan dari dalam hatinya untuk melakukan apa yang lelaki virgo itu perintahkan untuknya.

“Kiss me, Quanrui, please.” Gyuvin begs.

And it takes one word to bring Ricky’s lips on his. Dainty fingers on Gyuvin’s jawline, he kissed Gyuvin, again, and again. He kissed the traces of tears on Gyuvin’s cheek, he kissed his nose, his eyes, and even pulled his face to kiss his forehead. Ricky selalu suka wajah milik Gyuvin, a face straight out of a painting, and he finally gets a chance to show how much he loves it.

When Ricky’s done, his cat-like eyes looking at him, Gyuvin cannot hold back his sob, saying,

I love you, Ricky.”

And Ricky doesn’t know if he was saying the truth.

Semuanya terjadi begitu cepat, Gyuvin yang mengangkat tubuh Ricky dengan mudah, Ricky yang mengalungkan lengannya di bahu Gyuvin, dan kecupan yang berubah menjadi lumatan.

The taste of Ricky’s lipbalm, the hint of alcohol in Gyuvin’s tongue, both that makes them so drunk. “You’re so pretty, Quanrui.” Gyuvin says in between their kisses.

It’s like a dream come true for Gyuvin. For Gyuvin who always imagine how it feels like to kiss Ricky, for how Ricky’s red lips tastes like. It tastes sweet, like strawberries, and it feels so amazing. Just, one more thing.

Gyuvin menurunkan tubuh Ricky di sofa, tubuhnya tetap di atasnya, mengurung sang pemilik tempat. Ia mendekatkan wajahnya, sehingga dahi mereka bertemu.

“What are you thinking right now?”

“You.” So Ricky thinks about him while kissing.

While satisfied Gyuvin gets all his questions answered. Ricky’s haze became so blurry, Gyuvin’s so close that he could feel his heartbeat, and he sures Gyuvin could feel his too.

Mata Gyuvin memicing ke arah kemeja Ricky yang sudah berantakan, kerahnya terbuka, menunjukkan lehernya. Ia mendekat untuk mengecupnya, terus menerus, lalu menggigit, menghisapnya, untuk menandakkan miliknya. “I love you.” Gyuvin breathes out on his now bruised neck.

Ricky whimpers when Gyuvin’s other hand touches his nipples that’s still layered by his shirt. “I love you.” He says it again. “Gyuv — hh..” Ricky melenguh saat jari Gyuvin semakin menekan dadanya, sementara tangan lainnya masih menggenggam pinggang Ricky.

Gyuvin melepas genggamannya untuk tangannya menjadi tumpuan di ujung sofa tempat kepala Ricky bersandar, ia memandangi sosok di bawahnya.

“Cantik.”

And Gyuvin didn’t lie when he says that. Ricky looked so pretty with his hair messy, teary eyes, a hint of pinkish red on his cheeks, his plump, pretty lips that looked so wet because of the kissing, the fresh hickey on his neck, his ruined black shirt. Ricky looks so ruined, and is perfect for that.

Quanrui, can I touch you?”

Please do.”

Dan dua bibir itu kembali bertemu, lidah dengan lidah. Tangan Gyuvin meraih ke bawah untuk membuka kancing kemeja Ricky, sementara tangan Ricky merenggut rambut Gyuvin sebagai pelampiasan.

“Gyuvin — hhh…” Ricky moans when Gyuvin starts kissing every inch on his chest, his flat tummy, then on his waist. It’s beautiful, every part of Ricky is beautiful.

His fingers starts pinching Ricky’s nipple, twisting it, while Ricky lets out another moan. It’s also beautiful, like a song to his ears.

Gyuvin dibesarkan di keluarga yang memenuhi pandangan lingkungan di sekitarnya. Ayah dan Ibu inginkan dirinya untuk menikahi seorang perempuan. Namun persetan dengan semua pandangan itu. Ia ingin bisa bercumbu dengan Ricky di hadapan semua orang, menunjukkan kalau Ricky itu miliknya, menunjukkan bahwa Ricky yang memiliki hatinya.

“Gyuvin — “ Gyuvin membuka resleting celana Ricky, menurunkannya, membuka semuanya.

Jika benar hukum alam yang diberitahu temannya saat SMA itu ada, dan Gyuvin melanggarnya, maka ia akan senang hati menerima hukumannya. Karena larangan itu begitu indah, begitu nikmat, begitu memabukkan.

Karena larangan itu adalah Shen Quanrui, yang ia cintai, ada di genggamannya.

I love you, Quanrui, My Quanrui.” He says one more time, like a mantra. Again, as prayer to God, to make Ricky his.

No responses yet